Tentang Ridho-Nya
Pukul 06.30, masih sangat pagi
untuk jalanan di New York. Tapi sepagi ini, taman kecil yang dipenuhi
pepohonan besar dan dikelilingi oleh hamparan bunga warna-warni.
Turis
lokal maupun mancanegara sudah mulai padati taman untuk rekreasi, foto sesion
atau bahkan ada yang tujuannya untuk mentadaburi alam. Sejuk, sepoi angin terus
temani semua yang kunjungi.
Fadin
– nama lengkapnya Fadin Narufa Dwan dan dia bukan turis – baru saja menikmati
sepoi angin sejuk sembari membawa Qur’an ukuran kecil yang memang selalu ia
bawa untuk memurajaah hafalannya, ya memang tidak terlalu banyak
hafalannya – masih merintis dalam hafalan –. Terus memperbaiki diri untuk jadi
lebih baik terus lebih baik. Tidak perlu tanya masa lalunya, dia sekarang sudah
hijrah.
Masih dengan
murajaahnya, menutup mata sembari mengingat-ngingat tulisan hafalan
Al-Qur’annya. Di samping sudah ada Rindu – Rindu Zarrin Azkiya sahabat
satu-satunya yang dari Indonesia yang mengerti Fadin dan juga sahabat
hijrahnya, teman setianya dalam hal apapun. Semua hobi dan banyak kesamaan
membuat persahabatan yang sudah berlangsung lama itu masih baik-baik saja
hingga saat ini – yang Fadin tidak sadar, pdahal Rindu sudah datang sejak 3
menit yang lalu. Menyapa dengan sapaan sahabat tersayangnya.
“Fadin
please lah, ini ada gue dari tadi berenti bentar napa ehehe. Gini Din gue mau
ngasih tau, lu udah baca belum breaking news yang kemaren sore?” Tanya Rindu.
“Ya maap-maap
ye, gue lagi so serius gitu ahaha. Belum Rin, gua kan kemaren ga sempet buka
Breaking News, lu kan tau gua kepepet sama tugas dosen yang katanya belum ada
nilai, padahal gua udah bikin tugasnya. Emang ada apaan?”
“Ohh
iya ampe lupa, tapi udah bereskan tugasnya?”
“Alhamdulillah
udah Rin. Ehh emangnya da apaan di BN?”
“Itu
loh ada beasiswa yang syaratnya itu mahasiswa/i nya itu yang punya skill desain grafis atau biasa buat karangan sejenis
sajak yang puisi atau cerpen gitu Din. Itu kan lu banget, coba dulu deh.
Lumayan beasiswanya bisa sampe nerus S2. Kalo memang lulus tepat waktu.”
“Walaahh.
Ko aneh gitu persyaratannya?”
“Bukannya
gitu. Siapa tau ini jalan dari Allah. Kan elu sendiri yang pengen dapet
beasiswa buat nerusin S2 nya?”
“Iya
juga sih, ehehe. Bismillah, aku coba ya Rin. Coba mana aku liat
persyaratannya.”
“Ok.
Bentar-bentar ya.”
“Ok.”
“Nih-nih,
kan lu banget tuh. Mana ada peluang besarnya kalo punya hafalan Al-Qur’annya.
Ini beasiswa bukan ecek-ecek lho Din. Ini dari bawahannya Univ Al-Azhar Kairo,
Din. Coba deh, bismillah. Tadinya gue mau coba juga, tapi alhamdulillah aku
lulus di beasiswa Islamic Finnace untuk masa beasiswa sampe lulus Din. Makanya
gue infoin ini ke elu.”
“Alhamdulillah
Rin, iya makasih ya sayangku cimi-cimi gue. Ahh pokonya elu tershalihah di New
York deh,”
“Aamiin
sholihahnya, tapi gamau cuman di New York aja tapi ingin sholihah sampe surga
juga Din sama lu,”
“Aamiin
itu pasti,”
“Ah
yaudah gue cabut duluan ya, udah ada janji sama dosen buat ada pendataan bakal
calon asissten dosen gitu ehehe, doain gue ya Din,”
“Ok, pasti
Rin. Maannajah Ukht Shalihah,”
Hari itu hari
terakhir mereka berada di lingkungan kampus untuk akhir semester 5.
Masuk lembaran
tahun baru setelah melewati liburan panjang semester. Hari-hari seperti
biasanya subuh diisi dengan setoran hafalan, menjelang siang masuk kampus yang
kadang masuk sore karena dosen yang tiba-tiba ngubah jadwal karene sibuk
sana-sini. Alhamdulillah dari semester awal hingga sudah memasuki semester ke-6
Fadin dan Rindu selalu menjadi sorotan kampus karena dengan IPK yang tidak
kurang dari 3.75 mereka yang terus mendongkrak dari semester ke semester,
mereka juga aktif di organisasi Islam untuk mensyiarkan agama Islam yang
sesungguhnya. Bukan hanya menjadi hafidzah
tapi Fadin juga menjadi calon ibu cerdas yang bagi anak-anaknya kelak, karena
jurusan yang diambilnya itu Islamic Education for Kindergarten otomatis
mempelajari bagaimana mengatasi anak dalam usia dini.
Terus
memperbaiki diri, untuk dirinya maupun untuk orang sekitanya. Karena Fadin
hafal betul tentang janji Allah yang bakal jodohnya itu akan baik jika dia baik
pula terus memperbaiki diri yang termaktub pada firman Allah dalam Q.S. An-Nur
ayat 26 :
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ
وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُوْلَئِكَ مُبَرَّؤُونَ
مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ -٢٦-
“Perempuan-perempuan
yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan
yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang
baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).
Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan
rezeki yang mulia (surga).” (Q.S.An-Nur:26)
Fadin tidak pernah mau
bersentuhan tangan dengan ikhwan walaupun itu teman sekelasnya, New York dengan
mayoritas agamanya adalah non-muslim tetapi teman-temannya sangat mengerti
Fadin tentang adab bersalaman dengan lawan jenis.
Semester
6 dimulai dengan pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) secara online, yang keenam
kalinya Fadin mengisi dengan cekatan.
“Alhamdulillah
udah semester 6, setaun 3 bulan lagi lulus. Ohh iya gimana ya pengumuman nya.
Mana Rindu ya?”
Mata
Fadin mencari-cari Rindu. Yang padahal Rindu sudah lebih dulu duduk di
sekitaran Taman dan sengaja tidak memunculkan batang hidungnya. Dan akhirnyaa
Fadin membuka hp setengah gigitannya itu untuk menghubungi Rindu. Baru saja
nada mulai tersambung ke nomor Rindu. Rindu mengangetkannya dari belakang.
“Narufa!,”
“Astaghfirullah.”
“Ehehe,
maaf Din wkwk,”
“Oalaahh
Rindu, emang ya nama lu tuh emang cocok. Gue rindu banget ama luuu.” Muka sebal
Fadin hilang dengan pelukan eratnya kepada Fadin.
-soon kelanjutannya-
Komentar
Posting Komentar